Member of Saiensu_Sparow Squad

Member of Saiensu_Sparow Squad

Sunday, July 14, 2013

MaBelle et MeBeau (Karena Dia)



3.        Karena Dia
            Keesokan harinya semuanya sudah siap untuk sarapan pagi, kecuali Sefa yang masih di kamarnya. Sefa bangun kesiangan karena semalam sulit tidur.
            “Sefa! Ayo cepat, nak! Nanti kak Uki berangkat duluan lho!” ucap Mama Maula dengan setengah berteriak pada Sefa.
            “Nggak apa-apa lah, Ma. Biar Uki nunggu. Nggak buru-buru amat kok.” Jawab Uki.
            “Itu biar sefa bisa lebih cepet aja. Biar nggak keterusan nantinya.” Jawab Mama Maula sambil tersenyum.
            “Nggak lah, ma. Baru kali ini kan Sefa gitu. Biasanya yang gitu kan Uki kalo nggak Nala. Sefakan anaknya rajin. Pasti semalam dia nggak bisa tidur.” Ucap Uki.
            “Iya pasti kak Sefa nggak bisa tidur semalem.” Tambah Nala.
            “Lho..memangnya kenapa?” tanya Mama Maula dan Papa Adri serempak yang dikuti oleh tawa kedua anaknya itu. Mereka pun heran.
            “Kalian ini ditanya kok malah ketawa?” kata Papa Adri.
            “Abisnya Mama sama Papa kompak banget  nanyanya. Jadi lucu, ya nggak, Dek?” jawab Uki sambil menoleh kearah Nala.
            Sefa pun keluar dari kamarnya. Sefa bingung dengan ekspresi keluarganya yang memandangnya. Mama dan Papa memandang dengan wajah heran, sedangkan kedua saudaranya tertawa-tawa sambil mengoles mentega pada roti masing-masing.
            “Ada yang aneh ya? Kayanya hari ini pakaian Sefa biasa aja deh.” Tanya Sefa yang masih bingung, kemudian duduk di kursi makan.
            “Kata Kak Uki sama Nala, semalem kamu nggak bisa tidur. Kenapa?” tanya Mama Maula.
            “Ha?! Enggak kok. Kak Uki sama Nala aja yang sok tahu. Iya kan?” tanya Sefa pada Uki dan Nala sambil melototi keduanya.
            “E...iya Nala Cuma ngarang kok.” Jawab Nala.
            “Iya iya. Uki juga asal tebak aja.” Tambah Uki.
            Sebetulnya benar apa yang dikatakan Uki dan Nala, Sefa tidak bisa tidur semalam. Tapi mereka berdua berpur-pura kalau itu tidak benar karena Sefa memberikan ancaman melalui matanya. Uki dan Nala mengerti kalau Sefa tidak mau Mama dan Papanya tahu tentang itu semua. Jadi mereka menutup mulut mereka.
            “Kalau gitu ayo cepat sarapannya. Nanti terlambat.” Ucap Mama Maula.
            Semuanya pun makan dengan lahap. Setelah selesai Papa Adri, Uki, Sefa dan Nela pun berpamitan pada Mama Maula. Nala berangkat dengan Papa Adri menggunakan mobil keluarga, sedangkan Sefa berangkat dengan Uki menggunakan sepeda motor Uki.
            Saat di jalan Sefa memulai pembicaraan.
            “Tadi kakak bilang apa ke Mama? Kok Mama bisa tahu kalo aku nggak bisa tidur semalem?”
            “Aku cuma bilang kalo kamu nggak bisa tidur gitu aja. Nggak bakalan aku bilang karena Setya kan?”
            “Kok kakak juga tahu karena Setya?”
            “Ya biasa orang kasmaran kan gitu. Apalagi abis menikmati hari dengan orang yang ditaksir.”
            “O jadi gitu ya? Berati dulu kakak juga gitu ya pas belum jadian sama Kak Meta?”
            “Tahu sendiri kan dulu waktu awal-awal masuk kuliah kakak suka bangun kesiangan? Tapi sekarang kan udah enggak. Malah sekarang kakak bangunnya paling pagi.”
            “Iya ya. Berarti kalo udah jadian bangunnya bisa pagi, gitu?” Sefa langsung menyimpulkan.
            “Ya nggak juga. Tergantung siapa pacarnya.”
            “Lah kok bisa?”
            “Ya iyalah. Kakak bisa bangun paling pagi karena Meta kalo bangun juga pagi banget, kan dia membantu usaha katering kakaknya dan sambil telepon kakak. Makanya kakak bisa bangun pagi-pagi. Nggak semua orang kaya Meta kan?” jelas Uki.
             “Pantes aja kalo pagi mukanya seger bener, orang pagi-pagi aja udah ditelepon pacar.” Kata Sefa iri dengan hubungan kakak dan pacarnya itu.
            “Besok ada acara nggak? Kak Meta ngajakin nonton pertandingan kakak tu?”
            “Nggak ada. Iya boleh deh. Bilangin Kak Meta ketemunya langsung di sana aja? Di gedung olahraga kampus kan?”
            “Iya. Oke deh nanti kakak bilangin. Kamu mau turun mana?” tanya Uki setelah melewati gerbang kampus mereka. “Depan gedung musik?”
            “Iya deh.” Jawab Sefa singkat.
            Sefa dan Uki memang kuliah di universitas yang sama. Meskipun Uki mengambil kuliah bisnis dia sangat suka berolahraga, apalagi basket. Bahkan dia sudah menjadi pemain inti di tim basket kampusnya. Uki mengambil kuliah bisnis berdasarkan keputusan yang diambilnya sendiri. Dia ingin meneruskan bisnis papanya sekarang. Sebenarnya papanya juga sangat mendukung jika dia mengambil jurusan olahraga, tapi Uki lebih memilih bisnis. Apa boleh buat Papa Adri tidak bisa mengatur jalan hidup Uki, justru dengan demikian bisnis keluarga pun sudah ada calon penerusnya dan Uki pun masih bisa melakukan hobinya berolahraga.
            Uki pun sampai di gedung tempat kuliahnya. Setelah memarkir sepeda motornya, Uki pun menghampiri Meta yang sudah menunggu di depan gedung.
            “Hey. Udah lama?” sapa Uki.
            “Iya. Kok kamu tumben jam segini baru dateng?” tanya Meta.
            “Iya, si Sefa bangun kesiangan. Masuk yuk.. itu dosennya udah dateng.”
            Meraka berdua pun masuk ke ruang kuliah, dan mata kuliah pertama unuk hari ini pun segera dimulai. Uki dan Meta memang satu jurusan dan semesternya pun sama. Jadi setiap hari Uki bertemu dengan Meta. Meskipun mereka berumur sama-hanya berjarak beberapa bulan-tapi Meta merasa Uki adalah pria yang sudah cukup dewasa. Seperti pria yang lebih tua dua atau tiga tahun daripadanya.
Uki dan Meta sudah lama menjalin hubungan. Uki tertarik pada Meta saat pertama melihatnya. Mereka berkenalan saat hari pertama ospek dan mulai dekat setelah masa ospek berakhir. Butuh empat bulan bagi Uki untuk meyakinkan Meta bahwa dia menyukainya. Hingga sampai sekarang perasaan itu pun sudah lebih dalam lagi.

No comments:

Post a Comment